Pembangunan bagi suatu negara sangatlah
penting, karena berguna untuk mengukur maju tidaknya negara tersebut. Lalu
muncullah pertanyaan, dari manakah pembangunan yang cocok untuk membangun suatu
negara. Apakah dimulai dari manusianya dulu kemudian baru infrastruktur atau
sebaliknya. Di Indonesia sendiri, pertama kali yang harus dibangun adalah pada
manusianya, sesuai dengan lirik lagu Indonesia Raya yaitu bangunlah jiwanya
bangunlah badannya. Namun, jika kita melihat pembangunan saat ini, apakah sudah
sesuai dengan lirik lagu tersebut. Jawabnya adalah masih belum sesuai.
Pembangunan sekarang ini, lebih difokuskan
pada pembangunan infrastruktur. Meskipun pemerintahan sekarang sedang
menggembar-gemborkan apa yang dinamakan dengan revolusi mental, tetapi kebijakan
itu sepertinya masih jalan ditempat. Banyak permasalahan yang disebabkan oleh
pembangunan yang difokuskan pada infrastruktur ini, sebagai contoh penggusuran
di Jakarta. Penggusuran yang dilakukan dengan alasan untuk mengatasi banjir
menimbulkan permasalahan sosial yang besar. Warga yang tergusur dipindahkan ke
rumah susun. Suasana tempat tinggal dulu dan sekarang yang berbeda membuat
kenyamanan warga terganggu. Hal itu merupakan salah satu permasalahan sosial
yang ditimbulkan akibat dari penggusuran. Seharusnya, pemindahan manusia dari
tempat satu ketempat lain membutuhkan waktu yang lama. Sebab, manusia bukan
merupakan barang mati yang mudah dipindahkan begitu saja. Manusia memiliki
perasaan yang salah satunya berguna untuk merasakan kenyamanan hidup di
lingkungan sosialnya. Seperti mahasiswa perantauan yang baru masuk dibangku
kuliah kemudian kangen dengan lingkungan kampung halamannya. Warga yang
tergusur seolah dipinggirkan dan pemerintah bertindak layaknya penjajah.
Seharusnya pemerintah menyejahterakan rakyat bukan menindas rakyat. Pendekatan
antropologis sosiologis merupakan solusi yang bisa digunakan untuk memindahkan
manusia dari satu tempat ke tempat lain dan itu membutuhkan waktu jangka
panjang. Contoh lainnya adalah pembangunan bandara di Kulon Progo, pembangunan
Pabrik Semen di Rembang, pembangunan bandara di Majalengka, dan lain-lain.
Imbas dari pembangunan itu semua adalah kepada rakyat. Rakyat ditindas oleh
pemerintah yang berkuasa di negerinya sendiri. Rakyat dijadikan korban untuk
meloloskan proyek-proyek besar itu.
Revolusi mental yang digembar-gemborkan
saat ini masih menjadi nomor dua. Jika pemerintah ingin merevolusi mental
masyarakat, harusnya pemerintahlah yang pertama kali direvolusi mentalnya.
Karena masih ada aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah tidak sesuai dengan
dasar negara. Pemerintah menjadi kaki tangan kaum kapital untuk menindas
rakyat. Sistem ekonomi yang berorientasi pada liberalisme dan kapitalisme
dengan mengesampingkan ekonomi kerakyatan. Kekayaan negara yang seharusnya
dikuasai oleh negara dan dinikmati oleh rakyat, menjadi hanya dikuasai dan
dinikmati oleh kaum-kaum kapital. Mental-mental inlander (jongos) itulah yang seharusnya direvolusi. Pendidikan
yang harusnya berguna untuk merevolusi mental, berubah menjadi pasar bebas yang
diperdagangkan. Keberhasilan suatu pendidikan hanya diukur dengan nilai.
Kesadaran untuk mengkritisi suatu masalah menjadi berkurang atau bahkan sama
sekali tidak ada.
Membangun manusia membutuhkan waktu lama
dan proses yang panjang. Tidak cukup dengan satu atau dua periode pemerintahan
yang waktunya terbatas. Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia
Raya adalah salah satu pegangan untuk membangun Indonesia menjadi negara sejahtera,
adil, dan makmur.